Jatiluwih : Bukti Warisan Leluhur yang Mendunia

Apakah anda tahu ada salah satu desa di Bali yang diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO karena sistem irigasi pertaniannya? 

Desa tersebut adalah Desa Jatiluwih. Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali dengan ketinggian sekitar 685 mdpl. Tahun 2024, data dari DPP ASITA Provinsi Bali tercatat sekitar kurang lebih 80% wisatawan mancanegara mengunjungi Desa Jatiluwih. Artinya, Jatiluwih memiliki daya tarik yang kuat khususnya bagi wisatawan mancanegara. 

Sebenarnya apa sih yang membuat wisatawan tertarik berkunjung ke Desa Jatiluwih? 

Sistem Irigasi Subak 

Di bangun sejak abad ke-11, subak bukan hanya sebuah sistem irigasi tetapi juga filosofi hidup yang menekankan pada keharmonisan dan keberlanjutan.Sistem subak ini menjadi daya tarik wisata bagi para turis lokal maupun mancanegara. Area persawahan yang dibuat bertingkat atau berundak-undak di daerah perbukitan menghadirkan keindahan yang berbeda. Selain berfoto dengan latar belakang sawah, wisatawan juga bisa terjun langsung untuk belajar bertani. Masyarakat setempat menawarkan pembelajaran terkait pertanian, subak, dan aktivitas lainnya sebagai paket wisata. 

Sistem subak berakar pada ajaran Tri Hita Karana yang dalam ajaran Hindu mencerminkan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Sistem yang ada sejak abad ke-11 ini bukan hanya sistem irigasi tetapi juga filosofi hidup yang menekankan pada keharmonisan dan keberlanjutan.

Terpilih Menjadi Best Tourism Villages tahun 2024 oleh UN Tourism

Pada tanggal 29 Juni 2012 Jatiluwih mendapatkan pengakuan internasional ketika sistem pengairan sawah tradisionalnya yaitu Subak, diakui oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia. Desa Jatiluwih terpilih sebagai salah satu desa wisata terbaik Best Tourism Villages 2024 oleh United Nation (UN) Tourism), lembaga di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa. Penghargaan diberikan di Kolombia pada Jumat, 15 November 2024. Dengan capaian dan praktik baik pengembangan pariwisata, Jatiluwih kemudian ditetapkan sebagai Desa Wisata Tersertifikasi Berkelanjutan melalui program Kemenpar Sertifikasi Pariwisata Berkelanjutan untuk Desa Wisata (SertiDEWI) 2024. 

Kekayaan Alam dan Budaya Jatiluwih

Selain sistem subak nya, Desa Jatiluwih juga kaya akan flora dan fauna endemik. Desa ini dikelilingi oleh hutan lindung seluas 24 hektar yang merupakan rumah bagi berbagai jenis burung langka dan hewan seperti kukang jawa. Wisatawan bisa melihat hewan ini saat mendaki atau bersepeda melalui jalur setapak yang membelah hutan dan sawah. Desa ini juga memiliki air terjun Yeh Ho di Banjar Gunung Sari Umah Kayu. Air terjun ini bisa dicapai dengan melalui jalan setapak dan berliku yang cukup ekstrem.

Desa Jatiluwih menawarkan wisata budaya, salah satunya Pura Luhur Sri Rambut Sedana. Pura yang tidak jauh dari area persawahan ini telah ada sejak zaman dahulu. Pura ini dipercaya sebagai tempat untuk memohon kesejahteraan, kemakmuran dan kesuburan. Selain melihat umat Hindu yang beribadah, wisatawan juga bisa menikmati udara sejuk karena pura ini berada di ketinggian 700 mdpl.

Jatiluwih menjadi salah satu dari 55 desa wisata di berbagai negara yang mendapat pengakuan PBB tahun ini. Desa terbaik ini dipilih dari 260 aplikasi dari lebih dari 60 Negara Anggota Pariwisata PBB.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top